Sejarah Konvensi Minamata, Kasus Pencemaran Merkuri di Jepang

PMengingat kasus pencemaran merkuri di jepang, menjadi sejarah Konvensi Minamata dimana kandungan merkuri memiliki dampak yang sangat buruk di dunia kesehatan.

Lahirnya konvensi ini hingga penamaannya berkaitan dengan adanya Tragedi Minamata di Jepang pada tahun 1950-an. Di mana tragedi tersebut adalah kasus pencemaran merkuri sangat parah, hingga menimbulkan banyak korban jiwa dari kalangan penduduk di Minamata, Kumamoto, Jepang.

Sejarah Konvensi Minamata yang Perlu Diketahui

Mengenal sejarah Konvensi Minamata karena sebuah tragedi pencemaran lingkungan dari merkuri yang memakan banyak korban dari limbah pabrik di Jepang.

Konvensi Minamata adalah hasil dari sebuah pertemuan serta negosiasi para tokoh dunia dan memakan waktu selama tiga tahun. Naskah tersebut disetujui oleh delegasi dari hampir 140 negara pada 19 Januari 2013, di Jenewa, Swiss.

Kemudian ditandatangani di negara Jepang, di Kumamoto, pada 10 Oktober 2013. Perjanjian tersebut mengenai merkuri mulai berlaku pada tahun 2017, serta saat ini telah diratifikasi oleh 132 negara, salah satunya Indonesia.

Sejarah Konvensi Minamata bermula dari kasus pencemaran limbah di Teluk Minamata pertama kalinya terdeteksi pada tahun 1956. Peristiwa tersebut disebabkan oleh polusi limbah industri berupa merkuri. Limbah itu dibuang oleh pabrik kimia dengan sengaja ke laut.

Pencemaran lingkungan mengakibatkan banyak korban menderita keterbelakangan mental, cacat lahir, kehilangan penglihatan dan pendengaran, kelumpuhan, hingga kematian. Sehingga, kasus pencemaran limbah ini menjadi salah satu bencana lingkungan paling terkenal serta menyita perhatian banyak negara.

Alasan Adanya Konvensi Mengenai Merkuri

Sejarah Konvensi Minamata ini dinamai berdasarkan teluk dan kota yang berada di Jepang karena mengalami keracunan merkuri parah selama puluhan tahun. Hal ini diakibatkan oleh air limbah industri dari pabrik kimia dibuang ke Teluk Minamata.

Diketahui air limbah tersebut mengandung metilmerkuri, yang terakumulasi secara biologis pada ikan serta kerang di sekitar Teluk setempat. Hingga akhirnya penduduk yang mengonsumsi makanan laut dari teluk tersebut menderita penyakit yang kemudian dikenal dengan penyakit Minamata.

Banyak di antara korban yang meninggal atau mengalami cacat parah, sejak kasus pertama ditemukan pada tahun 1956. Penelitian menunjukkan bahwa penyakit ini merupakan gangguan pada sistem saraf pusat karena adanya berbagai tanda dan gejala.

Hasil dari penelitian menyimpulkan bahwa penyebabnya adalah dari pencemaran limbah yang sengaja dibuang oleh perusahaan bernama Nippon Chisso. Tragedi ini terbilang sangat parah hingga menimbulkan kekhawatiran di seluruh dunia.

Pasalnya, Teluk Minamata ini telah ditetapkan bebas merkuri sejak Juli 1997, namun dengan tragedi tersebut mendorong perkembangan gerakan perlindungan lingkungan di dunia. Selain itu, kasus ini juga dikaji oleh United Nations Environmental Programme (UNEP) pada tahun 2001.

Ketahui Isi dari Konvensi Minamata

Dari sejarah Konvensi Minamata yang terkenal dan dilansir dari situs resmi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, adapun konvensi ini terdiri dari 35 Pasal dan 5 Lampiran. Kemudian pasal-pasal tersebut dibagi menjadi empat bagian utama, yaitu:

  • Pasal mengenai adanya pengaturan operasional yang memuat kewajiban mengurangi emisi serta lepasan merkuri dan senyawa merkuri antropogenik ke media lingkungan.
  • Pasal mengenai adanya dukungan dari berbagai Negara Pihak.
  • Pasal mengenai informasi serta peningkatan kesadaran akan merkuri, termasuk aksi untuk mengurangi dampaknya.
  • Pasal mengenai terdapat pengaturan administrasi lainnya.

Pada umumnya, perjanjian tersebut mengatur pengadaan dan perdangan merkuri dan senyawa, hingga di dalamnya terdapat penambangan merkuri. Selain itu, penggunaannya bahan tambahan di dalam produk serta proses produksi.

Selain itu, diketahui sejarah Konvensi Minamata juga telah menyoroti pengelolaan merkuri di Pertambangan Emas Skala Kecil (PESK). Di mana pengendalian emisi dan pelepasan zat berbahaya dari industri ke udara, air, dan tanah, penyimpanan stok merkuri dan senyawa sebagai bahan baku atau tambahan produksi.

Tindakan Pemerintahan Jepang atas Tragedi Minamata

Karena adanya sejarah Konvensi Minamata, dalam hal tersebut pemerintah Jepang mengeluarkan Undang-Undang Kompensasi Kerusakan Kesehatan Terkait Polusi. Di mana para penderita akan menerima kompensasi dari perusahaan yang bertanggung jawab atas pencemaran tersebut.

Pada tahun 1992, pemerintah setempat melakukan pemeriksaan medis kepada penduduk daerah yang terkena dampak serta membantu biaya pengobatannya. Pemerintah Jepang juga mendorong penelitian dan investigasi mengenai penyakit tersebut yang sangat membahayakan bagi penduduk.

Upaya pemerintah Jepang untuk membersihkan cemaran limbah di Teluk Minamata dengan mengambul tindakan perbaikan terhadap pencemaran lingkungan. Hal ini dilakukan dengan membuang sedimen yang terkontaminasi di teluk hingga dasar sungai.

Selain itu, juga dilakukan memantau kadar metilmerkuri dalam ikan serta air limbah dan mendirikan Institut Nasional untuk Penyakit Minamata. Atas tindakan klinis dan perlindungan yang diambil setelah tragedi tersebut, penyakit ini tampaknya sudah tidak ditemukan lagi di Jepang.

Dengan konvensi ini menjadi salah satu bencana lingkungan paling terkenal hingga menyita perhatian banyak negara di dunia. Hal ini karena sejarah Konvensi Minamata tersebut mengatur penggunaan merkuri secara global untuk tujuan melindungi kesehatan manusia dan lingkungan hidup.